MATERI 6 - Troubleshooting atau Proses Pemecahan Masalah (Identifikasi Masalah, Membangun teori kepastian dan Menguji Teori untuk mengetahui Penyebab).
troubleshooting adalah sebuah pendekatan
sistematis yang dilakukan untuk menemukan dan memecahkan masalah. Kendala atau
masalah yang dimaksud biasanya bersifat kompleks, misalnya error pada perangkat
komputer, jaringan, sistem perangkat lunak, dan lain sebagainya. Aktivitas
troubleshooting bertujuan untuk memastikan bahwa sistem bisa beroperasi kembali
dengan normal.
Ketika melakukan troubleshooting, seorang
teknisi komputer biasanya akan menerapkan pendekatan isolasi masalah.
Pendekatan dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi terkait kendala yang
terjadi. Sebut saja seperti berkurangnya fungsionalitas suatu komponen atau
terdapat perilaku yang tidak diinginkan.
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan,
teknisi akan menghilangkan atau mengeliminasi sejumlah komponen yang dicurigai
menjadi penyebab error. Tujuannya yaitu untuk memastikan apakah kendala masih
tetap ada atau sudah hilang. Selain itu, langkah ini juga berguna sebagai
identifikasi masalah ketidakcocokan komponen.
Metodologi troubleshooting pada dasarnya yaitu
mencari penyebab masalah secara umum dan mengisolasinya sehingga dapat
diperiksa. Dengan begitu, teknisi dapat mendiagnosis masalah dan menerapkan
solusi nya.
Jenis-jenis Troubleshooting
Secara teknis, ada dua jenis troubleshooting
yang perlu kamu ketahui yaitu forward dan backward. Berikut ini penjelasannya:
Troubleshooting forward
Sesuai namanya, troubleshooting forward
merupakan teknik yang dilakukan untuk mendeteksi masalah sejak awal perakitan
komputer. Troubleshooting jenis ini biasanya digunakan oleh orang yang sudah
terbiasa merakit komputer. Pemeriksaan dilakukan sebelum komputer dinyalakan
atau diberi aliran listrik. Misalnya, pemeriksaan power supply dan power
socket, pemasangan RAM, dan sebagainya.
Troubleshooting backward
Troubleshooting backward merupakan teknik yang
dilakukan untuk mendeteksi masalah pada komputer setelah dinyalakan. Teknik ini
banyak digunakan karena memang kendala lebih sering muncul setelah perangkat
dihidupkan. Misalnya, floppy disk tidak terbaca, tombol CPU tidak berfungsi,
dan lain-lain.
Adapun jenis-jenis troubleshooting berdasarkan
penyebab masalahnya. Diantaranya yaitu sebagai berikut:
Kebiasaan penggunaan yang buruk
Kebiasaan buruk pengguna bisa menurunkan
performa dan kinerja perangkat. Contohnya seperti membuka banyak aplikasi
bersamaan atau menggunakan perangkat secara overclock. Upaya troubleshooting
untuk mengatasi hal ini adalah melakukan restart atau mendiamkan komputer dalam
keadaan mati selama 10 sampai 20 menit.
Faktor desain kurang baik
Selaku pengguna, kamu tentu merasa kurang
nyaman jika komputer yang digunakan didesain kurang baik. Misalnya penempatan
port tidak biasa dan asal-asalan, dimana hal ini berpotensi menyebabkan
kesalahan pemasangan kabel dan USB. Kesalahan memasukkan port akan terdeteksi
oleh komputer dan memunculkan sebuah peringatan berupa dialog box.
Kesalahan tidak disengaja
Pengguna mungkin saja melakukan kesalahan
secara tidak sengaja yang mempengaruhi kinerja sistem. Misalnya menekan banyak
tombol keyboard bersamaan sehingga kursor tidak bisa bergerak. Upaya
troubleshooting atas masalah ini yaitu dengan melakukan restart.
Kualitas sistem kurang baik
Kendala juga bisa terjadi akibat dari buruknya
kualitas sistem itu sendiri. Setiap produk memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, sehingga masalah yang terjadi pun bervariasi tergantung
sistemnya. Untuk memecahkan masalah sebaiknya ikuti buku panduan manual bawaan
dari brand bersangkutan.
Cara Kerja Troubleshooting
Berikut ini adalah cara kerja troubleshooting:
Mengumpulkan informasi
Cara kerja troubleshooting yang pertama adalah
mengumpulkan semua informasi terkait masalah. Informasi tersebut bisa berisi
tentang hilangnya kemampuan komponen tertentu atau terjadi perubahan yang tidak
diinginkan. Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi kendala sekaligus
memahami bagaimana cara mengatasinya.
Mendeskripsikan masalah
Mendeskripsikan masalah secara komprehensif
akan membantu troubleshooter menemukan akar permasalahan. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, sebut saja seperti gejala, waktu, komponen, dan kondisi
ketika terjadi error. Hal ini akan mengungkap komponen mana saja yang masih
aman dan mengalami kendala.
Menentukan penyebab masalah
Di tahap ini, troubleshooter pada umumnya
menggunakan pendekatan split-half atau mengisolasi masalah melalui proses
eliminasi. Cara ini sangat efektif digunakan terutama jika perangkat memiliki
sistem dengan sejumlah bagian secara seri. Setiap bagian akan dites satu per
satu hingga sumber masalah ditemukan.
Membuat dan menguji solusi
Setelah akar masalah sudah ditemukan,
selanjutnya yaitu membuat dan mengembangkan rencana untuk mengatasi masalah
tersebut. Hipotesis-hipotesis atau rencana yang dibuat kemudian diuji hingga
solusi teridentifikasi. Jika semuanya gagal, troubleshooting harus dilakukan
ulang dari tahap sebelumnya.
Mengimplementasikan solusi
Ketika sebuah masalah berhasil dipahami dan
diidentifikasi, tahap selanjutnya yakni mengimplementasikan solusi. Di tahap
ini, troubleshooter harus memperbaiki, menyesuaikan, atau bahkan mengganti
komponen penyebab masalah. Pengujian ulang pun diperlukan guna memastikan bahwa
kendala benar-benar telah diperbaiki.
Menganalisa hasil
Terkadang, sebuah solusi malah menimbulkan
masalah baru pada komponen lain. Analisa hasil troubleshooting merupakan bentuk
antisipasi terhadap potensi terjadinya masalah baru. Oleh sebab itu,
troubleshooter harus memantau dan memastikan perubahan yang dibuat tidak
mempengaruhi kinerja sistem atau komponen terhubung lainnya.
Mendokumentasikan proses
Mendokumentasikan proses troubleshooting
adalah langkah terakhir yang dapat diambil. Meskipun secara teknis tidak ada
kaitannya dengan proses perbaikan, namun hal ini akan membantu troubleshooter
lain bilamana mendapati kendala serupa.
Komentar
Posting Komentar